Sebersit Cinta


Tasha dan Ella sedang menikmati kudapan di kampus mereka ketika bibir Tasha mencibir saat melihat Sheryl melewatinya.

“Lihat, tuh. Sheryl. Gadis paling goblok yang pernah aku tahu.”

Temannya terkejut. “Apa alasannya? Setahuku justru semua cowok disini ingin jadi pacarnya?”

“Kamu tahu Bobi, kan? Pacar Sheryl.” Tasha memamah biak sepotong lemper.

Temannya mengangguk.

“Bobi kecelakaan sejak tiga bulan lalu. Dia koma, sampai sekarang belum bangun-bangun juga. Tasha sering ke rumah Bobi. Mengambil kotorannya. Menceboki. Mengganti-ganti posisi Bobi. Menceritakan isi koran hari itu ke Bobi. Nah! Perbuatan bodoh, kan? Kalau aku jadi dia aku tinggalin Bobi.”

Temannya menjawab, “Sadis, kamu Sha. Masa pacar lagi sakit ditinggalin. Kualat jadi jambu mete entar.”

“Aku bukannya sadis, tetapi logis. Coba bayangkan, sampai kapan dia gitu terus. Bobi mungkin bangun tetapi mungkin juga tidak pernah. Hidup harus berlanjut, El. Lagipula, belum tentu waktu Bobi bangun dia masih suka sama Sheryl. Kalau misalnya Bobi cari pacar lain gimana? Rugi dong. Udah ditungguin dan dirawat, eh berkhianat.”

Ella mengetuk-ngetuk jarinya ke meja. “Sekarang aku tahu, kenapa tidak ada cowok yang suka sama kamu.”

Tasha tersendak. Tergopoh-gopoh diraihnya segelas air di dekat sikunya. Setelah kerongkongannya lega, ia membalas, “Enak aja. Emangnya aku cewek nggak laku apa?”

“Kamu punya pacar?” tanya Ella kalem.

“Aku enggak punya bukan berarti enggak laku.”

Ella meninggalkan Tasha. “Ada tidak kamu ketahui Tasha.” Ia seperti mengatakan pada dirinya sendiri. “Sheryl punya salah satu ginjal Bobi di tubuhnya.”

***

Beberapa bulan kemudian, Sheryl dengan berkaca-kaca memeluk Bobi. Bobi bangkit tepat di hari ulang tahun Sheryl.

“Terima kasih, Sher.” Bobi lupa jika dia berpantang mengeluarkan air mata. “Kenapa kamu mau menungguku sedemikian lama? Aku mungkin tidak pernah bangun lagi.”

“Aku harus mengembalikan ginjalmu yang terpasang disini kalau aku meninggalkan kamu.”

“Bagaimana jika aku tidak pernah mendonorkan ginjalku ke kamu. Apakah kamu akan meninggalkan aku?”

Sheryl menggeleng. “Aku capek mencari-cari pacar terus. Daur hidup orang pacaran itu bikin capek. Kenalan. Basa-basi. Diapelin. Butuh waktu lama. Aku ingin menikah. Aku ingin punya anak.”

"Harus bagaimana lagi menilai orang yang bukan saudara dan mau memberikan ginjalnya? Kita satu tubuh meskipun belum menikah. Suka atau tidak suka aku milik kamu?"

Kali ini Bobi memeluk Sheryl lebih erat. Tidak ada yang lebih memberikan kegembiraan begitu besar di dunia ini kecuali kenyataan bahwa ada orang diluar sana mencintai kita.

Sebersit Cinta Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Good Dreamer

0 komentar:

Posting Komentar